GARUT, Cilawu, – Dirgantara7.com // Program Halaman Rumah Masyarakat Terpadu (Harum Madu) yang dicanangkan Pemerintah Kabupaten Garut pada Februari 2023, merupakan salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah di Kabupaten Garut. Program ini, kini hampir menyentuh 382 desa di 42 kecamatan tersebar di Kabupaten Garut, merasakan manfaat progran Harum Madu.
Dengan memanfaatkan halaman rumah, masyarakat telah menghasilkan komoditas vital seperti cabai, sayuran, dan umbi-umbian. Program ini telah membantu menekan inflasi serta memenuhi kebutuhan pangan di masa sulit, ketika bahan pokok di pasaran mulai mengalami kenaikan harga.
Keseriusan warga dalam menerapkan Program Harum Madu ini nampak terlihat, di mana banyak pekarangan rumah milik warga dimanfaatkan untuk menanam beberapa komoditas mulai dari seladah, cabai, tomat, dan berbagai satlturan daun lainnya.
Salah satu kawasan yang menonjol dalam menerapkan Harum Madu adalah RW 11 Kampung Caringin, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cilawu. Sumarni (62), Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Rahayu, mengungkapkan keberhasilannya dalam menanam komoditas seperti terong ungu, cabai, bawang merah, dan tomat. Hasil panen tidak hanya mencukupi kebutuhan keluarganya, namun dengan pekarangan yang memiliki luas kurang lebih 2×4 meter juga menjadi sumber pendapatan tambahan.
“Yang paling besar (hasilnya) bawang merah. Iya (memenuhi kebutuhan di rumah), iya kalau ada yang beli (dijual), kalau engga ya dikonsumsi aja,” ujar Sumarni saat ditemui di Kampung Caringin, Desa Mekarmukti, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Senin (25/09/2023).
Tidak hanya Sumarni, Eni (50) juga telah mengadopsi program ini dengan sukses. Ia mampu menjual daun bawang dengan harga yang menguntungkan. Selain itu, hasil panen tomatnya juga mencapai 9 kilogram, memberikan dampak ekonomi positif.
Eni mengungkapkan, jika dengan program Harum Madu ini, telah membantu kebutuhan pangan dan kebutuhan ekonomi keluarganya. Bahkan, beberapa warga sekitar pun mengakui bahwa melalui program Harum Madu ini, kebutuhan beberapa pangan seperti cabai, sayur mayur, dan lain sebagainya, kini tersedia di pekarangan atau di halaman rumah.
“Teu aya pengeluaran nanaon, hoyong sayuran kantun petik sendiri, hoyong cengek metik sendiri, Alhamdulilah tos aya ieu teh Alhamdulilah sagala rupi oge (tidak ada pengeluaran apa-apa, mau sayuran tinggal petik sendiri, mau cabe rawit petik sendiri, Alhamdulillah ini segala macam ada),” ucapnya.
Kepala Desa Mekarmukti, Juhana, mengungkapkan kebanggaannya terhadap antusiasme masyarakat di RW 11. Mereka tidak hanya menerima bantuan _polybag_ dari pihak desa, tetapi juga menggunakan barang bekas untuk menanam, sehingga RW 11 ini menjadi tempat penyemaian hingga memiliki rumah bibit atau demplot. Program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga menyediakan komoditas seperti cabai dan sayur di halaman rumah masyarakat.
Atas semangat masyarakat dalam menerapkan Harum Madu secara berkelanjutan ini, Desa Mekarmukti diganjar penghargaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Garut dalam Lomba Harum Madu Tingkat Kabupaten Garut, dalam momen Hari Krida Pertanian awal Agustus lalu.
“Ya Alhamdulilah (dapat juara), juara tingkat kabupaten Harum Madu Juara 1. Ya alhamdulillah, mungkin itu berkat masyarakatnya yang antusias, semangat, juga tak lepas dari peran penyuluh,” tutur Juhana.
Penyuluh dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Cilawu, Ria Andriani, mengungkapkan, sejak tahun 2021 lalu, masyarakat Kampung Caringin sudah terbiasa melakukan penanaman tanaman di pekarangan, sehingga proses sosialisasi Harum Madu ini lebih mudah dilakukan dan disambut antusias oleh masyarakat.
Ria mencatat bahwa sekitar 70 dari 72 rumah di Kampung Caringin telah menerapkan Harum Madu. Bawang merah dan cabai, komoditas yang mempengaruhi inflasi, menjadi fokus utama program ini. Penggunaan pupik organik dan pestisida nabati juga ditekankan untuk memastikan keamanan pangan.
“Pokoknya setiap rumah wajib ada itu (bawang merah dan cabai), untuk di demplot juga itu wajib ada bawang merah sama cabe, soalnya kalau dilihat itu kan hampir setiap rumah setiap hari konsumsi tinggi, hampir setiap hari itu minimal cabe kalau setiap hari beli ke warung sampai dua ribu,” ucapnya.
Program Harum Madu telah membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Dengan hampir 80% desa di Kabupaten Garut mengadopsinya, program ini membantu memastikan ketersediaan pangan secara mandiri di tingkat keluarga. Selain memenuhi kebutuhan keluarga, desa juga mulai berkembang sebagai pusat ekonomi lokal.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, menyatakan bahwa program Harum Madu merupakan solusi bagi daerah yang mengalami kesulitan air. Dalam evaluasi terakhir, hampir seluruh desa di Kabupaten Garut telah berhasil mengimplementasikan program ini.
Dalam memasifkan program Harum Madu ini, pihaknya berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Garut hingga Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Garut, guna menyukseskan Program Halaman Rumah Masyarakat Terpadu ini.
“(Outputnya) ya tadi artinya satu yang awalnya yang target _output_ awal itu untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, yang kedua itu untuk penumbuhan ekonomi lokal tingkat desa begitu di situ ya di tingkat keluarga, yang ketiganya jauh-jauhnya itu untuk menangani inflasi daerah, kemarin terbukti setidaknya pada saat harga cabai di atas rata-rata mereka kan untuk pemenuhan kebutuhan itu bisa ngambil dari lahan pekarangan begitu ya,” ucap Beni di Kantor Dinas Pertanian Garut, Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa (26/09/2023).
Ia juga menilai bahwa sudah banyak desa yang mulai bergerak menuju fungsi ekonomi dari pemanfaatan Harum Madu ini, selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, di desa tersebut juga sudah mulai tumbuh ekonomi lokal, di mana dalam skala kecil desa tersebut bermitra dengan pasar untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu, melalui Program Harum Madu ini menjadi salah satu solusi pemenuhan kebutuhan pangan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan di Kabupaten Garut.
“Nah malah sekarang di beberapa titik kemarin terakhir ke Malangbong ya hari kemarin, di tengah susah air, di tengah kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku, mereka memanfaatkan hasil dari tanaman halaman pekarangan mereka, karena intinya kan kalau di rumah masing-masing kan untuk pemenuhan kebutuhan penyiraman air kan tidak terlalu luas seperti di kebun begitu ya, jadi setidaknya untuk pemenuhan kebutuhan sayuran daun, umbi begitu ya (terpenuhi),” ungkapnya.
Atas upaya keras menekan inflasi daerah, salah satunya melalui Program Harum Madu ini, Kabupaten Garut mendapatkan apresiasi melalui insentif fiskal senilai Rp 10.634.802.000 yang diserahkan langsung oleh Menteri Keuangan,Sri Mulyani dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian kepada Bupati Garut, Rudy Gunawan, pada akhi Juli lalu
“Kemarin Alhamdulillah dari seluruh gerakan itu dari Harum Madu begitu ya, dari kerjasama antar daerah, kita kan dapat apresiasi untuk penanganan inflasi daerah,” jelas Beni.
Agar Program Harum Madu di Kabupaten Garut terus berlanjut, pihaknya menerapkan Program Harus Madu sebagai salah satu target Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) bagi 286 petugas lapangan yang ada di Dinas Pertanian.
“Karena kita kan punya penyuluh itu hampir 268 orang di masing-masing kecamatan, mereka punya desa binaan, targetnya salah satunya itu, jadi kalau itu tercapai target berarti SKP-nya tidak sesuai dengan target, artinya TKD yang mereka terima juga akan terkurangi begitu,” tandasnya.
Penghargaan dari Pemkab Garut untuk Desa Mekarmukti menjadi salah satu bukti nyata keberhasilan program ini dalam mengatasi inflasi daerah. Dengan keberlanjutan dan komitmen dari masyarakat dan pihak terkait, program Harum Madu di Kabupaten Garut diharapkan dapat terus berkembang untuk kesejahteraan masyarakat.
(Ahmad Deni)